Disaat seperti itu, kita lebih cenderung mudah berputus asa, banyak mengeluh, dan mulai pesimis dengan segala yang kita usahakan.
Berhentilah sejenak jika kita mengalami kondisi seperti itu. Kompleksitas fikiran diwaktu itu tidak akan mampu membuat kita berfikir jernih. Bisa jadi kita akan mengalami stagnasi ketika memaksakan diri untuk terus berfikir, dan terfokus pada masalah tersebut.
Bahkan akan lebih baik bagi kita untuk mundur selangkah. Mundur, bukan berarti kita lari dari masalah atau berlepas diri darinya. Tapi mundur disini lebih pada menciptakan suatu kondisi dalam diri kita, kondisi yang lebih fit, lebih jernih, lebih fleksibel. Untuk kemudian kita kembali menghadapi masalah-masalah kita, dalam kondisi yang lebih siap.
Terkadang yang menjadi masalah bukanlah masalah itu sendiri. Melainkan diri kitalah yang menjadi masalah itu. Kejenuhan, kelelahan, tekanan membuat kita tidak mampu memetakan secara baik akar permasalahan yang sedang kita hadapi. Ketidaksiapan kita ketika awal menghadapi masalah, membuat masalah berlarut-larut tanpa ada penyelesaian. Dan fikiran kita semakin kompleks dan jenuh.
Mundur
Seperti seorang pelompat, ketika ingin mencapai lompatan terbaik ia harus mundur beberapa langkah dari titik lompatnya. Ketepatan menentukan langkah mundur menjadi modal terbaik dan menjadi peluang untuk ia mampu menciptakan lompatan spektakulernya. Begitulah analogi mundur selangkah, bukan sebuah cara untuk lari, namun cara untuk mengumpulkan kekuatan kembali. Bahkan untuk melakukan lompatan diri.