1. Bagian Awal :
Pada bagian awal, Agus Mulyadi (agusmulyadi.web.id) menulis : “Perlu digarisbawahi, saya tidak mendukung Jokowi, melainkan lebih mendukung Jokowi. Tolong bedakan. Saya mendukung Jokowi maupun Prabowo, karena bagaimanapun, saya yakin, baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama punya visi yang baik untuk memajukan Indonesia. Namun karena saya harus memilih salah satu, saya memutuskan untuk lebih mendukung Jokowi.”
Untuk hal ini saya tidak sependapat, karena saya lebih memilih Prabowo. Dalam hal ini, saya berpendapat Prabowo lebihg memiliki karakter sebabagi pemimpin. Buktinya beliau memimpin banyak organisasi selepas pensiun sebagai militer. Dalam waktu bersamaan, Prabowo memiliki partai, Partai Gerindra. Dengan memiliki partai publik menjadi jelas akan arah pencalonannya. Prabowo berbeda dengan para tokoh lain yang tidak memiliki partai seperti Mahfud MD, Anies Baswedan, atau Dahlan Iskan. Saya juga yakin Prabowo juga sosok nasionalis yang mampu menjaga tanah air, pulau dan perairan Indonesia.
2. Bagian Penegasan :
Kemudian Agus Mulyadi (agusmulyadi.web.id) menambahkan, “Saya kagum dengan sosok Jokowi yang begitu santun dan sederhana. Walaupun beliau agak plegak-pleguk kalau bicara, namun menurut saya, beliau cerdas dan Banyak akal dalam menyelesaikan berbagai solusi pemerintahan yang dia pimpin.”
Sebenarnya, dari awal saya sudah merasakan media massa yang sebenarnya berperan dalam hal ini. Media cetak dan elektronik selalu menampilkan Slogan Jokowi-JK yang jujur, bersih, sederhana dan merakyat sebagai antitesa (lawan) dari keadaan atau kondisi kehidupan sekarang yang korup, borjuis, hedonis, dan permisive. Jokowi-JK benar-benar sedang membangun citra baru, sebagai tokoh jujur, bersih, sederhana dan merakyat. Gambaran ini terus di berikan kepada rakyat. Media massa juga menambahkan, Jokowi memiliki hobi mendengarkan musik rock dan gemar naik gunung semasa muda. Selain itu, masih banyak hal menarik yang dimiliki mantan Wali Kota Surakarta ini. Pemberitaan yang sempat meramaikan media massa sekaligus menjadi kontroversi yakni ketika Jokowi mendukung keberhasilan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo dalam merakit mobil yang diberi nama Esemka. Jokowi bahkan menggunakan mobil Esemka sebagai mobil dinasnya dengan nomor polisi AD 1 A. Dalam hal ini, saya berpendapat citra/ sosok Jokowi yang suka blusukan dan mau menyapa rakyat memang disenangi. Namun karena keunggulan dan citra Jokowi itu dieksploitasi berlebihan untuk menarik minat publik, hasilnya justru kontraproduktif.
3. Bagian Tambahan :
Artikel “Mengapa Jokowi ?” (http://www.agusmulyadi.web.id/2014/06/mengapa-jokowi.html) berlanjut dengan statement : “Begitu Hijrah ke Jakarta, kompetensinya sebagai pemimpin pun kembali teruji. Bersama Ahok, Jokowi seolah menjelma menjadi Macan dingin yang mrantasi. Gaya blusukannya yang khas menjadikannya cepat populer di mata masyarakat.”
Jujur saja, untuk memimpin Jakarta, saya lebih menyukai gaya manajemen Ahok.Walau terlihat hampir tidak beda dengan ilmu manajemen kepemimpinan Jokowi, Ahok pun ternyata menerapkan ilmu manajemen kepemimpinan yang tidak kalah sederhananya yaitu “apa maunya saya”. Atas dasar penegakkan konstitusi, Ahok bergeming dalam banyak persoalan yang menjadi tanggung-jawabnya. Ahok maju tak gentar membela yang benar, Ahok melawan, Ahok menantang siapa saja yang berani melanggar konstitusi dan siap mati untuk itu.
Di akhir artikel, Agus Mulyadi (agusmulyadi.web.id) menulis “Pada akhirnya, saya agaknya harus kembali menegaskan, bahwasanya saya lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo. Tapi sejujurnya, saya merasa masygul ketika tokoh Sebrilian Prabowo dan setulus Jokowi harus bertarung satu sama lain.”
Menurut sudut pandang saya, Jokowi yang saat ini terpilih sebagai Presiden ke - 7 Republik Indonesia memiliki sebenarnya kisah menarik dalam kehidupannya yang belum banyak mendapatkan sorotan dari media massa. Saya percaya, terpilihnya Jokowi menjadi Gubernur hingga menuju kursi orang nomer satu di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Sebab, selama ini ia selalu menampilkan sosok “ndeso” dan sederhana kepada warga. Akhirnya, harapan saya, politik yang saat ini sangat bersahabat dengan kekuasaan, uang dan kemewahan. Akan tetapi kali ini saya berharap Jokowi tidak bersahabat dengan itu. Kepemimpinannya yang berasal dari hati, semoga menyentuh hati rakyat untuk tetap mendukung kepemimpinannya selama 5 tahun ke depan untuk Indonesia yang lebih baik.
0 comments:
Posting Komentar