-
Bimbingan Konseling
Diklat Pendidik Sebaya Angkatan III Kategori Pelajar dan Mahasiwa - Tahun 2012 yang diselenggarakan atas kerjasama UKM PIK STKIP PGRI Tulungagung dan BKKBN Kabupaten Tulungagung. -
FORDIMAPELAR 2012
Tahun 2012, Universitas Madura (Unira) menjadi tuan rumah pelaksanaan Forum Diskusi Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (Fordimapelar) se-Jawa Timur. -
HUT SIK KE-41
Pagi Sabtu 31 Juli 2010, di depan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) sekitar jam Sembilan pagi, para siswa, staf, guru, Komite Sekolah, orang tua murid, & para alumni mulai berdatangan memasuki kawasan sekolah untuk menghadiri acara peringatan HUT SIK Ke-41 -
Pembangunan Desa
Perlunya perencanaan keuangan bagi tiap keluarga di desa yang terintegrasi dengan konsultasi dari pihak yang lebih kompeten seperti wakil dari pemerintah daerah, serta professional dari lembaga keuangan. -
ALUMNI SIK
Semoga kedepannya hasil output pendidikan nasional bisa berkontribusi secara nyata di masyarakat. Mewujudkan Generasi Emas Indonesia yang berdaya saing global serta kompeten dalam mengolah local genius.
Artikel Pilihan
-
Semakin banyak koperasi masuk desa, utamanya koperasi berbentuk serba usaha dan simpan pinjam. Mulai dari yang bermodal kecil dan dimilik...
Rabu, 28 Agustus 2013
Paradigma Baru Pemuda dan Politik
Mengungkapkan realitas politik
sebagaimana dingkapkan sebelumnya tegas disimpulkan bahwa transformasi politik
adalah suatu keniscayaan, sehingga sekurang-kurangnya yang menjadi agenda atas
persoalan itu adalah; Pertama; soal bagaimana para elit-elit partai politik
mampu memberi arti keberadaan suatu partai politik, bukan semata pada tujuannya
untuk menjadi instrumen pencapaian kedudukan, tetapi jauh lebih berarti adalah
menggerakan fungsi-fungsinya untuk mengartikulasikan kemaslahatan rakyat
banyak. Kedua, bagaimana elit-elit para pelaku politik untuk tidak terjebak
pada adagium dan paradigma lama untuk meletakkan status quo, tetapi pada komitmen
dan integritas sebagai elemen perubah. Ketiga, bagaimana para pelaku politik
mampu mendorong tercipatanya sistem politik di satu sisi, dan menggerakkannya
secara komplementer dengan budaya politik yang bertum-buh kembang di tengah
masyarakat.
Jika ketiga soal tersebut
dijadikan sebagai agenda transformasi politik, maka selain kaum intelektual dan
cerdik cendekia posisi peran pemuda diharapkan menjadi instrumen penentu,
sebagaimana rentetan pergerakannya yang dicatatkan dengan tinta emas dalam
potret sejarah perubahan bangsa Indonesia, baik sebelum kemerdekaan
(kebangkitan nasional 1908, per-sepakatan satu bangsa 1928, dan memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia 1945), maupun sesudah Indonesia merdeka. Hanya saja, persoalan lain yang
sampai saat ini belum terselesaikan, adalah soal pola dan bentuk gerakan kaum
muda dalam menggerakkan suatu perubahan. Yaitu antara gerakan struktural dalam
bentuk pemberontakan, ataukah gerakan kultural dalam bentuk penciptaan kesadaran
hak-hak dan tanggungjawab sebagai warga negara. Penganut gerakan kultural
menuding bahwa gerakan struktural tidak menyentuh pada substansi persoalan,
semen-tara penganut struktural berdalih bahwa gerakan kultural sangat lamban
dalam melakukan perubahan. Meskipun, dari sisi proses keduanya memiliki tarik
ulur yang sama kuatnya, tetapi ketemu pada tujuan pencapaiannya dalam
melaku-kan perubahan.
Untuk itulah, selain karena
memiliki pembenarannya masing-masing, juga karena keduanya memiliki pencapaian tujuan
yang sama, sehingga soal itu tidak mesti harus diselesaikan. Tetapi dalam
melakukan transformasi politik era reformasi, keduanya sama-sama menjadi
penting. Transformasi politik di satu sisi adalah soal struktural, sebagaimana
tujuan partai politik untuk mencapai kekuasaan, membangun sistem politik, dan
bagaimana para pelaku politik mampu menggerakkannya. Selebihnya transformasi
politik secara kultural menjadi suatu yang absah, yaitu bagaimana menggerakkan
partai politik untuk menjalankan fungsi-fungsinnya bagi masyarakat
setidak-tidaknya para pengikutnya, untuk menciptakan suatu budaya politik yang
egalitarian, berdasarkan komitmen pembaharuan dari para pelaku politik.
Labels:
Alamfay.com,
Generasi Emas Islam,
Islam Cinta Damai
Rabu, 31 Juli 2013
Pemuda dan Kepemimpinan
Berdasarkan
sejarah, tonggak awal kebangkitan nasional disebutkan diawali dengan berdirinya
organisasi Budi Oetomo tahun 1908. Organisasi yang dimotori oleh para mahasiswa
Stovia sekolah kedokteran yang didirikan Belanda untuk anak priyayi Indonesia.
Namun, hal ini masih menjadi perdebatan karena organisasi Budi Oetomo tidak
bersifat nasional. Organisasi ini hanya ada di Jawa dan memang khusus
diperuntukkan untuk orang Jawa. Kontroversi sejarah tersebut tidak bisa menafikan bahwa
sejak saat itu perjuangan pemuda telah memasuki babak baru. Perjuangan melalui
sarana organisasi telah dimulai. Walaupun dimulai oleh organisasi yang bersifat
kedaerahan, kesadaran untuk menyatu dalam suatu bangsa sudah ada. Dipelopori
oleh para mahasiswa yang disekolahkan oleh Belanda dengan kebijakan politic
etis.
Selanjutnya,
periodisasi
sejarah Indonesia modern memiliki keunikan tersendiri. Pembagian periode
sejarah berdasarkan waktu itu diwarnai oleh gerakan pemuda di dalamnya. Sejarah
Indonesia modern sering disebut berdasarkan periode kebangkitan nasional 1908,
sumpah pemuda 1928, proklamasi kemerdekaan 1945, bangkitnya orde baru 1966 dan
dimulainya orde reformasi 1998. Peran pemuda dalam sejarah Indonesia sering
disebut diawali oleh peristiwa kebangkitan nasional tahun 1908. Walaupun
demikian sebenarnya peran pemuda telah diawali jauh sebelum itu. Hanya bentuk
perannya yang berbeda. Sebelum 1908, para pemuda lebih banyak berperan dalam
perjuangan secara fisik melawan penjajah namun lebih bersifat sektoral dan
tidak terorganisir dalam satu wadah kesatuan. Pemuda
hari ini adalah pemimpin masa depan. Ungkapan ini begitu masyhur dan telah
menjadi nyata. Selain itu juga adanya sebuah pernyataan bahwa masa depan
terletak di genggaman para pemuda. Artinya, baik buruknya suatu umat di masa
datang di tentukan oleh baik buruknya pemuda di masa kini. Ungkapan tersebutlah
yang menjadi barometer dan standarisasi dalam pembinaan dan mendidik generasi
muda untuk melanjutkan estafet perjuangan. Pemuda merupakan pilar kebangkitan
umat. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam
setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Kepemimpinan pemuda
semakin dituntut oleh masyarakat pada umumnya, namun perubahan menuju
masyarakat yang sejahtera seakan masih menjadi sebuah jalan panjang yang tak
tahu dimana ujungnya. Bergantinya rezim pemerintahan dari masa ke masa seolah
hanya menjadi sebuah rutinitas sakral dan ajang pertunjukan kekuasaan.
Kesejahteraan masyarakat yang menjadi cita-cita utama perubahan hanya menjadi
simbol jualan pasar menuju kekuasaan.
Saya
kira hal inilah yang menjadi salah satu tantangan bagi para pemuda masa kini
yang sering disebut sebagai calon pemimpin bangsa masa depan. Pemuda yang di
maksud adalah mahasiswa yang sedianya dikenal sebagai kalangan intelektual.
Mahasiswa merupakan tingkatan dimana seseorang itu telah mampu menemukan jati
diri atau pematangan diri. Sehingga pada tahapan ini proses pendidikan atau
wawasan yang di terima sangat menentukan bagi masa depan mereka. Kemudian
selanjutnya adalah bagaimana pemuda-pemuda ini mampu tampil sebagai seorang
pemimpin di masa depan. Tentu hal mendasar yang harus diupayakan adalah melatih
dan menanamkan karakter kepemimpinan mulai dari sekarang. Karena jiwa
kepemimpinan dikalangan pemuda saat ini masih menjadi sebuah masalah dan
tuntutan yang harus terus diasah dan ditingkatkan kualitasnya selain basis
keilmuan/kompetensinya. Dengan
demikian, maka sungguh banyak kewajiban pemuda, tanggung jawab, dan semakin
berlipat, hak-hak umat yang harus ditunaikan oleh para pemuda. Pemuda dituntut
untuk berfikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju
untuk menjadi penyelamat dan hendaknya mampu menunaikan hak-hak umat dengan
baik. Dengan kata lain, pemuda sesungguhnya dituntut untuk mendidik dirinya menjadi
pemuda yang memiliki jiwa-jiwa pemimpin.
Labels:
Alamfay.com,
Generasi Emas Islam,
Islam Cinta Damai
Senin, 29 Juli 2013
Olahraga Mencegah Narkoba
Untuk
menghindari bahaya jeratan Narkoba, Keseharian para Pemuda harus diisi
dengan sejumlah kegiatan Positif salah satunya dengan aktif pada Kegiatan-kegiatan
Kesenian dan Kebudayaan, perhatian para orang tuapun memegang peranan
penting untuk menjauhkan para anak dari bahaya Narkoba. Beberapa kota
besar di Indonesia Jakarta, Surabaya, medan, bandung dan Jogjakarta kita lihat
begitu banyak pemuda terlantar yang hanya menghabiskan waktunya dengan
kumpul-kumpul, duduk, mengamen dan bergitar untuk mencari uang demi membeli
rokok, ganja dan narkoba dengan perkumpulannya yang hanya untuk mencari
kesengan, bebas dan fly.
Suatu
sistem akan berjalan jika ada roda permainannya begitu juga dengan dunia
narkoba yang membahayakan nasib bangsa ini. Berawal dengan sebatang rokok yang
awal nya coba-coba atau terpaksa karena lingkungan yang membuatnya begitu. Yang
awalnya diberi Cuma-Cuma membuat kebiasaan merokok setiap hari sebelum masuk
sekolah, disaat istirahat, pulang sekolah/ kampus dan saat berkumpul sampai
harus mencuri uang orangtua atau menjual barang berharga hanya untuk membeli
dan membayari rokok teman yang sudah mengasih sebuah rokok pada mulanya,
dilanjutkan dengan Bandar narkoba yang mengincar perkumpulan-perkumpulan bebas,
diskotik dan hiburan malam yang berkeliaran dimalam hari untuk memasarkan
dagangan narkobanya. Dan membuat kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan karena
tidak ingin merasakan sakau. Bahaya
narkoba yang dapat mengancam nyawa bukan hanya merusak hidup pribadi juga nama
baik keluarga dan bangsa. Sebagai solusi permasalahan di atas, dengan adanya
kegiatan olahraga maka menurunkan aktivitas anak remaja masa kini untuk
melakukan hal/kegiatan yang buruk salah satunya narkoba dengan latihan-latiahan
dan event yang menyibukkan waktu
mereka dan sebaliknya anak remaja sekarang untuk masa yang akan datang akan
dapat mengharumkan nama bangsa ini sehingga menjadi generasi yang berprestasi.
Enam
kegiatan yang disarankan untuk mencegah dari penyalahgunaan narkoba, menurut
saya difokuskan kepada kegiatan olahraga yang bersifat massal, seperti
sepakbola, futsal, bola voli, basket, bulutangkis, serta sepaktakraw. Dengan
kegiatan – kegiatan tersebut, semoga pemuda menjadi seorang individu yang
memiliki ketangguhan, semangat yang tinggi, bakat yang terpendam dalam jiwanya
dan sebagai generasi penerus bagi pembangunan bangsa menuju arah yang lebih
baik.
Labels:
Alamfay.com,
Generasi Emas Islam,
Islam Cinta Damai
Sabtu, 27 Juli 2013
Kegiatan Positif di Bulan Ramadhan
Buka Puasa Bersama. Bulan Ramadhan
menjadi waktu yang tepat untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang
beruntung. Dengan menahan lapar dan haus selama bulan puasa, kita bisa
menyadari penderitaan kaum miskin yang harus menahan lapar setiap hari.
Sementara itu, anak yatim tak bisa merasakan bahagianya sahur dan buka puasa
bersama orang tua. Kita bisa meringankan penderitaan mereka dengan buka puasa bersama.
Belajar
Memasak. Di bulan Ramadhan, banyak majalah menampilkan resep makanan dan
minuman yang cocok untuk berbuka puasa. Bereksperimen di dapur dengan mencoba
membuat menu makanan tersebut bisa membuat waktu terasa cepat berlalu. Tapi,
jangan keasyikan mencicipi masakan yang kamu buat ya! Jika sukses mencoba resep
baru, hidangan yang kamu buat bisa disajikan untuk keluarga, dibagikan ke
tetangga atau disumbangkan sebagai takjil di masjid.
Membersihkan
rumah. Berpuasa juga bisa diisi dengan kegiatan membersihkan atau merapikan
rumah hingga ke sudut-sudut yang jarang dijangkau sebelumnya. Ketika Idul Fitri
tiba, saudara dan tetangga biasanya akan berkunjung ke rumah. Tentu memalukan
jika kondisi rumah kotor dan berantakan. Daripada kerja bakti menjelang Idul
Fitri, lebih baik merapikan rumah sedikit demi sedikit selama bulan puasa. Selain
kegiatan di atas, masih banyak kegiatan bulan Ramadhan yang biasa dilakukan
umat Muslim di Indonesia. Namun, tak semuanya dianggap baik di mata agama.
Sebagai contoh, umat Islam di Indonesia punya tradisi “Ngabuburit” yang artinya
“menunggu waktu berbuka puasa”. Meski menyenangkan, tradisi yang berasal dari
daerah Sunda ini dianggap menyia-nyiakan waktu dan sedikit bertolak belakang
dengan ajaran agama. Kini, Ngabuburit
tak hanya populer di Jawa Barat tetapi juga Jakarta dan berbagai wilayah
lainnya di Indonesia.
Labels:
Alamfay.com,
Generasi Emas Islam,
Islam Cinta Damai
Kamis, 25 Juli 2013
Memulai Dakwah dari Kampus
Awalnya,
berbagai Lembaga Dakwah Kampus adalah lembaga yang bergerak di bidang dakwah
Islam ini muncul pada era tahun 60-an, kampus merupakan inti kekuatannya, dan
warga civitas akademika adalah obyek utamanya. Ditinjau dari struktur sosial
kemasyarakatan, mahasiswa dan kampus merupakan satu kesatuan sistem sosial yang
mempunyai peranan penting dalam perubahan sosial peri-kepemimpinan di
tengah-tengah masyarakat. Sedangkan dari potensi manusiawi, mahasiswa merupakan
sekelompok manusia yang memiliki taraf berpikir di atas rata-rata. Dengan
demikian, kedudukan mahasiswa adalah sangat strategis dalam mengambil peran
yang menentukan keadaan masyarakat di masa depan. Perubahan masyarakat ke arah
Islam terjadi apabila pemikiran Islam telah tertanam di masyarakat itu. Dengan
berbagai potensi strategis kampus, maka tertanamnya pemikiran Islam di dalam
kampus melalui dakwah Islam diharapkan dapat menyebar secara efektif ke
tengah-tengah masyarakat.
Dakwah kampus
memang memiliki kekhasannya sendiri dari dakwah-dakwah pada segmen lainnya. Ia
identik dengan idealisme, semangat, dan jiwa muda. Dakwah kampus juga menjadi
basis penyuplai kader. Dari dakwah kampus lahirlah kader-kader yang kemudian
menjadi tulang punggung dakwah. Banyak qiyadah yang dihasilkan dari sana. Tidak
salah jika kemudian dakwah kampus disebut sebagai primadona.[1] Kesuksesan
mengelola dakwah kampus ini, dengan demikian, akan menjadi kontribusi sangat
besar bagi kesuksesan dakwah secara makro. Kemenangan dakwah kampus ini, dengan
demikian, adalah kemenangan awal bagi dakwah seluruhnya; di segala lini dan
bidang kehidupan. Tentu saja, kemenangan dakwah kampus tidak hanya sekedar
diukur dari keberhasilan mendudukkan kader dakwah sebagai presiden BEM. Tidak
hanya diukur dengan maraknya masjid oleh kegiatan keislaman. Bukan hanya itu. Kemenangan
dakwah kampus dalam maknanya yang lebih luas. Yakni kemenangan dakwah kampus
yang secara fisik terwujud dalam dua hal besar, yaitu terwujudnya masyarakat
kampus madani sejahtera dan terciptanya pemerintahan kampus yang adil dan
berdaulat. Masyarakat kampus madani yang dimaksud di sini adalah masyarakat
kampus yang hidup dalam nilai-nilai Islam. Sementara pemerintahan kampus yang
berdaulat berarti pemerintahan kampus yang menerapkan nilai-nilai Islam dengan
identitas demokratis-aspiratif, kreatif dan berdaya, yang melekat padanya.
Pemerintahan kampus di sini bukan sebatas pemerintahan mahasiswa, tetapi juga
birokrasi kampusnya.
Untuk mencapai
kemenangan dakwah kampus ini, diperlukan enam kerangka strategis yang merupakan
format dakwah kampus masa depan: dakwah prestatif, creative majority,
dakwah kaya, ketokohan sosial, kepemimpinan sejati, dan maskimalisasi peran
mujahidah dakwah kampus.
Dalam
perkembangannya saat ini dakwah kampus mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari menjamurnya Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) di setiap perguruan tinggi negeri maupun swasta. Berdasarkan acuan Forum
Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) yang menjadi motor dan wadah LDK
se-Indonesia, LDK dapat diklasifikasikan ke dalam 3 jenjang utama; Mula, Madya
dan Mandiri. Klasifikasi tersebut dilandaskan terhadap kondisi LDK kaitannya
dengan; kemapanan struktur organisasi, perkembangan syiar dan kaderisasi,
kualitas dan kuantitas anggota dan sebagainya.
Meskipun
dalam keberjalanannya saat ini klasifikasi jenjang mula dan madya masih
mendominasi. Namun, hal tersebut bukan merupakan alasan para akitifis dakwah
untuk berkecil hati. Bahkan semangat menebarkan fikrah-fikrah islam semakin
tinggi. Maka benar jika dikatakan bahwa mahasiswa merupakan salah satu faktor
yang potensial dalam perkembangan dakwah. Sebab, jiwa muda yang senantiasa
membara untuk sebuah perubahan menjadi salah satu alasannya. Selain itu
mahasiswa juga merupakan kaum intelektual yang menggunakan logika dalam
berpikir sehingga mudah baginya dalam menerima sesuatu yang jelas-jelas ada
landasannya. Tidak lain yang tertera dalam Al-Quran dan As-Sunnah. [2]
[1] Rahmattokun.
2013. Sinergikan Dakwah Kampus Membangun Kepemimpinan
Kolektif. Jakarta : wordpress
URL : http://menara11inspirasi.wordpress.com/2013/05/30/sinergi-dakwah-kampus-membangun-kepemimpinan-kolektif-3-end/
[2] Patimah, Siti.
2013. Metamorphosis Dakwah Kampus.
Jakarta : dakwatuna.com
URL : http://www.dakwatuna.com/2013/05/13/33143/metamorfosis-dakwah-kampus/
Labels:
Alamfay.com,
Generasi Emas Islam,
Islam Cinta Damai