-
Bimbingan Konseling
Diklat Pendidik Sebaya Angkatan III Kategori Pelajar dan Mahasiwa - Tahun 2012 yang diselenggarakan atas kerjasama UKM PIK STKIP PGRI Tulungagung dan BKKBN Kabupaten Tulungagung. -
FORDIMAPELAR 2012
Tahun 2012, Universitas Madura (Unira) menjadi tuan rumah pelaksanaan Forum Diskusi Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (Fordimapelar) se-Jawa Timur. -
HUT SIK KE-41
Pagi Sabtu 31 Juli 2010, di depan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) sekitar jam Sembilan pagi, para siswa, staf, guru, Komite Sekolah, orang tua murid, & para alumni mulai berdatangan memasuki kawasan sekolah untuk menghadiri acara peringatan HUT SIK Ke-41 -
Pembangunan Desa
Perlunya perencanaan keuangan bagi tiap keluarga di desa yang terintegrasi dengan konsultasi dari pihak yang lebih kompeten seperti wakil dari pemerintah daerah, serta professional dari lembaga keuangan. -
ALUMNI SIK
Semoga kedepannya hasil output pendidikan nasional bisa berkontribusi secara nyata di masyarakat. Mewujudkan Generasi Emas Indonesia yang berdaya saing global serta kompeten dalam mengolah local genius.
Artikel Pilihan
-
Semakin banyak koperasi masuk desa, utamanya koperasi berbentuk serba usaha dan simpan pinjam. Mulai dari yang bermodal kecil dan dimilik...
Rabu, 23 Januari 2008
KAMPUNG HALAMAN YANG JAUH DI INDONESIA
Kabupaten Tulungagung terletak 154 Km kearah barat daya dari kota Surabaya. Secarageografis kabupaten Tulungagung terletak antara 1110 43' s/d 1120 07' Bujur Timur dan 70 51' s/d 080 18' Lintang Selatan, terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, 14 kelurahan, 1830 RW dan 6239 RT. Kecamatan yang mempunyai jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Gondang yaitu sebanyak 20 desa, sedangkan yang mgempunyai jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Tanggunggunung yaitu sebanyak 7 desa. Batas administrasi Kabupaten Tulungagung adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Blitar, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah barat dengan Kabupaten Trenggalek.
Luas wilayah Kabupaten Tulungagung adalah sebesar 1.150,41 km2 dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Namun ada beberapa desa di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang ketinggiannya diatas 500 m.Di Kabupaten Tulungagung ada 4 kecamatan yang luasnya diatas 100 km2 yaitu Kecamatan Tanggunggunung, Kalidawir, Pagerwojo dan Sendang.
Pembangunan Nasional yang telah dilaksanakan selama ini tidak akan berhasil sepenuhnya apabila desa/kelurahan sebagai satuan terkecil pemerintahan tidak pernah tersentuh pembangunan. Berdasarkan Inmendagri 8 tahun 1996 tentang juklak kepmendagri 25 tahun 1996 tentang Data Dasar Profil Desa / Kelurahan Klasifikasi desa/kelurahan di Tulungagung tidak lagi pada tingkatan swasembada melainkan pada tingkat swadaya sebanyak 144 desa/kelurahan dan swakarsa sebanyak 127 desa/kelurahan.
Jumlah anggota DPRD Kabupaten hasil pemilu 2004 sebanyak 45 orang yang terdiri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 15 orang, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 13 orang, Partai Golkar 6 orang, Partai Demokrat sebanyak 3 orang, Partai Amanat Nasionall (PAN) sebanyak 5 orang dan Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Merdeka masing-masing 1 orang. Dari 45 anggota tersebut tamatan SMA sebanyak 11 orang , DIII/Akademik sebanyak 2 orang, S1 sebanyak 28 orang dan S2 sebanyak 4 orang.
CIRI KHAS TULUNGAGUNG
Kabupaten Tulungagung terletak 154 Km kearah barat daya dari kota Surabaya. Merupakan kabupaten yang sangat strategis untuk pertanian, perdagangan ,industri dan kebudayaan. Sebagai Kabupaten yang terkenal dengan produksi marmer dan kerajinan Batu Onyx-nya Tulungagung sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain penghasil marmer Tulungagung juga terkenal dengan batik dan industri konveksinya. Batik Gajahmada yang terkenal dengan corak warnanya, juga corak-corak yang lain. Untuk industri konveksi adalah Bordir dan produksi pakaian-pakaian dalam. Demikian juga kawasan industri di Kecamatan Ngunut juga terkenal dengan segala produk yang dihasilkan dari produksi-produksi rumah tangga.
Tulungagung juga terkenal dengan banyaknya tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Dengan adanya tenaga-tenaga kerja yang berada di luar negeri, maka Kabupaten Tulungagung menerima pengiriman uang yang besar dari luar negeri. Itu semua lebih menggairahkan roda perekonomian di Kabupaten Tulunaggung
SEJARAH TULUNGAGUNG
LETAK GEOGRAFIS
Kabupaten Tulungagung terletak di garis 111o59’’ – 112o20’’ Bujur Timur (BT) dan 7o50’ – 8o20’’ Lintang Selatan (LS). Luas Kabupaten Tulungagung = 1.046,257 km2 atau 2,2% luas Propinsi Jawa Timur. Di sebelah Utara, Barat dan Selatan berupa gunung dan pegunungan. Di tengah terdapat rawa (sebelum tahun 1986), yaitu rawa Gesikan dan Rawa Bening. Ibu kotanya terbelah oleh sungai Ngrawa. Di sebelah Selatan membujur dari Barat sampai ke Timur, sampai daerah Malang Selatan, berupa pegunungan gamping yang sebagian besar telah menjadi marmer.
HOMOWAJAKENSIS
Tulungagung telah dihuni oleh manusia sejak kurang lebih 40 – 50 ribu tahun yang lalu. Ini terbukti diketemukannya fosil manusia purba pada tahun 1989 dan 1890. Tempat penemuan tersebut didukuh Cr?me, Desa Gamping (Campurdarat). Pada waktu itu daerah Campurdarat masih bernama distrik Wajak. Oleh sebab itu fosil tersebut dinamakan fosil Homowajakensis. Pada tahun 1982 saat pembuatan saluran Lodagung di dukuh Cr?me juga diketemukan fosil lagi dari kedalaman 2 meter. Sekitar 1 meter diatasnya diketemukan kerangka manusia yang masih utuh dan memakai anting-anting berbentuk cakra seberat 12 gram. Namun karena terkena angin, kerangka tersebut hancur menjadi debu. Hanya tinggal tengkoraknya yang sudah menjadi fosil. Setelah diteliti ternyata tengkorak dari kedalaman 2 meter tadi diperkirakan hidup pada 25 ribu tahun yang lalu. Sedang yang memakai anting-anting hidup kurang lebih 4 ribu tahun silam.
PRASASTI LAWADAN
Daerah Tulungagung banyak terdpat peninggalan sejarah purbakala. Sekitar 63 buah peninggalan berupa benda bergerak dan tidak bergerak. Tulungagung memiliki peninggalan purbakala terbanyak di daerah Karesidenan Kediri. Dintara peninggalan tersebut 26 berupa parasati, 24 diantaranya berupa prasati batu. Salahsatunya adalah prasasti Lawadan karena terletak di desa (thani) Lawadan yang sekarang diyakini bernama Wates campurdarat. Prasastiyang bertanggal 18 Nopember 1205 – hari Jumat Pahing- dikeluarkan oleh Prabu Srengga raja terakhir kerajaan Daha. Raja tersebut terkenal dengan nama Prabu Dandanggendis. Prasasti tersebut berisi pemberian keringanan pajak dan hak isimewa semacam bumi perdikan atau “sima”. Alasannya pemberian ‘’hadiah’’ tersebut adalah karena jasa prajurit Lawadan yang sudah memberikan bantuan kepada kerajaan mengusir musuh dari Timur sehingga raja yang tadinya telah meninggalkan kraton dapat kembali berkuasa.
PRASASTI MULA-MALURUNG
Prasasti lain adalah prasasti di desa Mula dan Malurung, yang menyebut nama desa Kalangbret. Meskipun prasasti tersebut tidak terdapat di Tulungagung namun menyebutkan Wilayah di Tulungagung. Isinya berupa puji-pujian kepada dewa Syiwa. Raja yang disebut-sebut adalah Sri Maharaja Semingrat nama lainnya adalah Wisnuwardana . Prasasti tersebut dikeluarkan pada 15 Desember 1256 M (Rebo Legi). Isinya menetapkan Desa Mula dan Malurung menjadi Sima (perdikan) karena loyalitas seorang penjabat bernama Pranaraja berhasil memimpin membuat tempat berbakti kepada nenek buyut prabu Seminingrat atau Wisnuwardana di Kalangbret menyebutkan tempat tersebut diulangi pada kakawin negarakertagama ‘’Kalangbret’’, tempat tersebut adalah tempat suci bagi leluhur raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Kalangbret menjadi nama salah satu desa di Kecamatan Kauman 5 Km sebelah Barat kota Tulungagung. Pada jaman Mataram Islam yaitu jaman Sri Pakubuwono I dan VOC tahun 1709 mengadakan perjanjian nama Kalangbret tetap digunakan sebagai ibukota kabupaten Ngrawa. Begitu juga pada perjanjian Giyanti (1755) nama Kalangbret disebut salah satunya wilayah manca negaranya kerajaan Yogyakarta. Juga menjadi nama distrik atau kawedanan atau wilayah pembantu Bupati Tulungagung. Berdasarkan uraian tadi maka tidak benar kalau kalangbret akronim Adipati Kalang yang disembret-sembret oleh Patih Gajah Mada seperti disebut dalam buku Tulungagung Dalam Sejarah dan Babad (Tim peneliti 1971). Disamping hal tersebut juga pernah diketemukan prasasti yang disebut prasasti Sidorejo dan Biri. Nama Biri berubah menjadi Wiri dan diyakini menjadi nama Cu-Wiri. Kalangbret sebagai kadipaten Mancanegara Mataram terbentuk sejak perjanjian Giyanti. Selanjutnya dijadikan ibu kota kabupaten Ngrawa tahun 175 – 1824 Masehi. Yaitu pada masa Mataram Islam dan jaman colonial. Bupati pertama Kabupaten Ngrawa adalah Kyai Ngabehi Mangundirono. Nama ‘’Kalang bret ‘’ telah dikenal sejak tahun 1255 M (prasasti Mula- Malurung) dan disebut ulang dalam Negara Kretagama (1635 M) dengan nama Kalangbret.
KATEMUNGGUNGAN WAJAK (BOYOLANGU)
Berdirinya Katumenggungan Wajak pada masa pemerintahan Sultan Agung sampai dengan pembentukan kadipaten Ngrawa dengan pusat pemerintahan di Wajak sejak perjanjian Giyanti. Ini terjadi antara tahun 1615 - 1709 M pada masa Mataram Islam dan masa colonial. Yang menjadi Tulungagung I adalah Senapati Mataram bernama Surontani. Dimakamkan di Desa Wajak Kidul Boyolangu. Sedangkan Surontani ke III (Kertoyudo) dimakamkan di Desa Tanggung Campurdarat. Katumenggungan Wajak berakhir dengan berdirinya Kabupaten Ngrawa beribu kota di Kalangbret. Nama “Rawa’’ telah dikenal sejak tahun 1194 M (Prasasti Kemulan) dan disebut ulang dalam Negarakretagama (1365 M). Nama ini kemudian berubah menjadi ‘’Ngrawa’’
KOTA TULUNGAGUNG
KRT Pringgodiningrat Bupati Ngrawa ke IV yang memerintah tahun 1824 – 1930 memindahkan ibu kota kabupaten Ngrawa kesebelah Timur sungai Ngrawa yaitu pada lokasi sekarang ini. Selanjutnya kota baru ini dijadikan pusat pemerintahan atau ibu kota Kabupaten Ngrawa. Terjadi pada masa colonial sampai sekarang . Pada tahun 1800–an sampai 1901 nama ‘’Toeloeng Agoeng’’ dipakai sebagai nama salah satu dist rik dalam wilayah Kabupaten Ngrawa. Nama Kabupaten Ngrawa berubah menjadi Kabupaten Tulungagung pada tanggal : 1 April 1901 yaitu pada masa pemerintahan bupati Ngrawa ke 11: RT Partowijoyo.
LOKASI TULUNGAGUNG
Kabupaten Tulungagung terletak 154 Km kearah barat daya dari kota Surabaya. Secarageografis kabupaten Tulungagung terletak antara 1110 43' s/d 1120 07' Bujur Timur dan 70 51' s/d 080 18' Lintang Selatan, terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, 14 kelurahan, 1830 RW dan 6239 RT. Kecamatan yang mempunyai jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Gondang yaitu sebanyak 20 desa, sedangkan yang mgempunyai jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Tanggunggunung yaitu sebanyak 7 desa.
Batas administrasi Kabupaten Tulungagung adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Blitar, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah barat dengan Kabupaten Trenggalek.
Luas wilayah Kabupaten Tulungagung adalah sebesar 1.150,41 km2 dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Namun ada beberapa desa di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang ketinggiannya diatas 500 m.Di Kabupaten Tulungagung ada 4 kecamatan yang luasnya diatas 100 km2 yaitu Kecamatan Tanggunggunung, Kalidawir, Pagerwojo dan Sendang.
PENDUDUK TULUNGAGUNG
Sasaran Utama pembangunan sebagaimana tertuang dalam GBHN adalah mewujudkan kesejahteraan Penduduk. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka membentuk Manusia seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia
Penduduk Tulungagung menurut Registrasi tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 0.52 persen dibanding akhir tahun 2003, yaitu dari 984.730 jiwa menjadi 989.856 jiwa. yang terbagi atas laki-laki 491.691 jiwa dan perempuan 498.165 jiwa, dengan tigkat kepadatan penduduk rata-rata 860 jiwa/km2. Memang belum terjadi pemerataan penduduk, hal ini bisa dilihat adanya kesenjangan tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan. Disatu sisi ada tingkat kepadatan di atas 6000 jiwa/km2 dan disisi lain ada yang kurang dari 500 jiwa/km2.
PERTANIAN TULUNGAGUNG
Pembangunan Sub sektor pertanian tanaman pangan terus ditingkatkan untuk memelihara kemantapan swasembada pangan. Pada tahun 2004 secara umum ada kenaikan walaupun tidak menyeluruh. Hampir semua jenis produksi tanaman pangan mengalami kenaikan antara lain produksi padi sawah, jagung, ketela pohon, kedelai dan ubi jalar, sedangkan untuk produksi padi gogo mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Luas panen tanaman sayuran yang mengalami kenaikan yaitu bawang daun dan kubis, sehingga produksinya juga mengalami kenaikan, tetapi ada juga yang mengalami penurunan yaitu bawang merah, bayam, cabe rawit, sawi dan tomat. Sedangkan luas panen tanaman sayuran mengalami penurunan adlah kacang panjang, kangkung dan ketimun.
Produksi tanaman buah-buahan yang mengalami kenaikan adalah jeruk, pepaya , pisang, nangka dan sukun dengan prosentase kenaikan terbesar pada tanaman jeruk yaitu sebesar 175,17 persen. Sedangkan tanaman buah-buahan yang mengalami penurunan produksi pada tanaman duku/langsat.
SENI DAN BUDAYA
MANTEN KUCING
Upacara ini dilaksanakan di air terjun Cuban Rondo yang diyakini dapat melancarkan aliran mata air di Cuban Rondo untuk irigasi penduduk Pelem dan sekitarnya. Proses ini dilakukan dengan subyek dua ekor kucing (Tirta Sari dan Joko Wono) dikawinkan dengan prosesi lazimnya manusia menjadi temanten. Mbah Sangkrah orang yang pertama melaksanakan ritual ini dilanjutkan Mbah Sutomeja sampai sekarang.
UPACARA JAMASAN KYAI UPAS
Kyai Upas adalah nama pusaka Ka. Tulungagung secara turun temurun diakui sebagai lambang kebesaran. Pusaka ini setiap tahun pada hari Jum'at Legi di bulan Suro (Muharam) dimandikan secara sakral. Upacara ini dimulai dengan arak-arakan dari Pendopo Kabupaten menuju Pendopo Kanjengan. Sesampainya di Kanjengan disambut dengan gamelan monggang. Upacara jamasan dengan prosesi tertentu dengan beraneka ragam sesaji. Setelah jamasan diadakan beberapa hiburan diantaranya tembang mocopat, wayang kulit, dan kesenian tradisional lainnya.
SURO WEKASAN
Suro Wekasan adalah upacara "laku" yang dilaksanakan masyarakat Wajak yaitu laku menelusuri Candi Dadi berdoa untuk keselamatan diri, keselamatan lingkungan, sampai keselamatan bangsa dan negara. Keistimewaan upacara ini adalah dilakukan oleh berbagai pemeluk agama yang dianut masyarakat Wajak (Islam, Kristen, Buddha) untuk berdoa menurut agama serta keyakinan masing-masing di komplek Candi Dadi.Upacara ini dilakukan setiap akhir bulan Suro (muharam).
LABUH SEMBONYO
Labuh Sembonyo yang diyakini masyarakat sebagai wahana "asok glondhong pengareng-areng" terhadap Ratu Kidul penguasa laut selatan. Labuh sembonyo diselengarakan setiap bulan Suro bulan minggu kedua di Pantai Popoh.
ULUR-ULUR
Ulur-ulur merupakan upacara adat yang diselenggarakan di telaga Buret setiap tahun pada hari Jum'at Legi bulan Suro.Kegiatan pokok adalah memandikan arca Dewi Sri Sedono dan tabur bunga di telaga Buret petilasan Eyang Jigang Joyo dalam mitos sebagi seorang tokoh perintis pemanfaatan air telaga Buret untuk pertanian di Desa Sawo, Gedangan, Gentrong, dan Gamping. Pada upacara tersebut ada kegiatan "Nglampet" yaitu membendung air telaga yang dilaksanakan dengan gotong royong. Cultur ini masih melekat di masyarakat Sawo dan sekitarnya masih sekarang berupa kegiatan gugur gunung dan bersih desa.
LELANGEN BEKSA/TAYUB
lelangen Beksa/Tayub Tulungagung berpotensi sebagai sarana pergaulan yang merakyat dan aktual. Di dalamnya terdapat nilai adiluhung "tata krama" dalam pergaulan masyarakat Jawa. Hampir setiap hari pada bulan baik untuk hajatan di daerah pinggiran Tulungagung dapat kita nikmati lelangen beksa/tayup.
TARI RITUAL TIBAN
Ritual Tiban adalah tari sakral untuk mendatangkan hujan. Di masyarakat pendukungnya tetesan darah akibat permainan tiban adalah lambang perjuangan yang gigih dalam mencari air, utamanya guyuran hujan yang mutlak diperlukan petani di sawah ladang. Ritual tiban biasanya dilaksanakan pada musim kemarau.
JARANAN SENTHEREWE
Jaranan ini pengembangan dari seni jaranan Jawa dengan gerak yang agresif, energik dan dinamis berkembang pesat di daerah Tulungagung saat ini.
REYOG
Reyog Tulungagung pernah berkembang subur dan merebut hati masyarakat bahkan tidak ada satupun yang penduduk Tulungagung yang tidak mengenal Reyog Tulungagung. Jumlah penarinya ada 6 orang sekaligus dengan pemain musik "dhodhog" dan "udheng gilig" kostum khusus sebagai pengikat kepala
KENTRUNG
Satu-satunya cerita tutur yang khas di Tulungagung dapat kita nikmati dengan melihat pagelaran kentrung. Kentrung dimainkan oleh dua orang terdiri dari dalang merangkap instrumen kendang dan satu pengrawit merangkap pendukung dalang memainkan instrumen ketipung dan terbang ( rebana besar dan kecil) . Satu-satunya kentrung yang masih eksis di Tulungagung adalah Kentrung Jaimah yang beralamat di Dukuh PAkis desa Batangsaren Kauman.
WAYANG JEMBLUNG
Di daerah Tulungagung masih banyak pagelaran Wayang Jemblung (cerita Menak) disamping sebagai hiburan, Jemblung memuat kisah Walisanga dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Jemblung sebagai instrumennya( terdiri dari 8 rebana dan satu kendang) Wayang terbuat dari kulit dengan motif campuran Wayang Purwa dan Wayang Krucil.
Luas wilayah Kabupaten Tulungagung adalah sebesar 1.150,41 km2 dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Namun ada beberapa desa di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang ketinggiannya diatas 500 m.Di Kabupaten Tulungagung ada 4 kecamatan yang luasnya diatas 100 km2 yaitu Kecamatan Tanggunggunung, Kalidawir, Pagerwojo dan Sendang.
Pembangunan Nasional yang telah dilaksanakan selama ini tidak akan berhasil sepenuhnya apabila desa/kelurahan sebagai satuan terkecil pemerintahan tidak pernah tersentuh pembangunan. Berdasarkan Inmendagri 8 tahun 1996 tentang juklak kepmendagri 25 tahun 1996 tentang Data Dasar Profil Desa / Kelurahan Klasifikasi desa/kelurahan di Tulungagung tidak lagi pada tingkatan swasembada melainkan pada tingkat swadaya sebanyak 144 desa/kelurahan dan swakarsa sebanyak 127 desa/kelurahan.
Jumlah anggota DPRD Kabupaten hasil pemilu 2004 sebanyak 45 orang yang terdiri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 15 orang, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 13 orang, Partai Golkar 6 orang, Partai Demokrat sebanyak 3 orang, Partai Amanat Nasionall (PAN) sebanyak 5 orang dan Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Merdeka masing-masing 1 orang. Dari 45 anggota tersebut tamatan SMA sebanyak 11 orang , DIII/Akademik sebanyak 2 orang, S1 sebanyak 28 orang dan S2 sebanyak 4 orang.
CIRI KHAS TULUNGAGUNG
Kabupaten Tulungagung terletak 154 Km kearah barat daya dari kota Surabaya. Merupakan kabupaten yang sangat strategis untuk pertanian, perdagangan ,industri dan kebudayaan. Sebagai Kabupaten yang terkenal dengan produksi marmer dan kerajinan Batu Onyx-nya Tulungagung sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain penghasil marmer Tulungagung juga terkenal dengan batik dan industri konveksinya. Batik Gajahmada yang terkenal dengan corak warnanya, juga corak-corak yang lain. Untuk industri konveksi adalah Bordir dan produksi pakaian-pakaian dalam. Demikian juga kawasan industri di Kecamatan Ngunut juga terkenal dengan segala produk yang dihasilkan dari produksi-produksi rumah tangga.
Tulungagung juga terkenal dengan banyaknya tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Dengan adanya tenaga-tenaga kerja yang berada di luar negeri, maka Kabupaten Tulungagung menerima pengiriman uang yang besar dari luar negeri. Itu semua lebih menggairahkan roda perekonomian di Kabupaten Tulunaggung
SEJARAH TULUNGAGUNG
LETAK GEOGRAFIS
Kabupaten Tulungagung terletak di garis 111o59’’ – 112o20’’ Bujur Timur (BT) dan 7o50’ – 8o20’’ Lintang Selatan (LS). Luas Kabupaten Tulungagung = 1.046,257 km2 atau 2,2% luas Propinsi Jawa Timur. Di sebelah Utara, Barat dan Selatan berupa gunung dan pegunungan. Di tengah terdapat rawa (sebelum tahun 1986), yaitu rawa Gesikan dan Rawa Bening. Ibu kotanya terbelah oleh sungai Ngrawa. Di sebelah Selatan membujur dari Barat sampai ke Timur, sampai daerah Malang Selatan, berupa pegunungan gamping yang sebagian besar telah menjadi marmer.
HOMOWAJAKENSIS
Tulungagung telah dihuni oleh manusia sejak kurang lebih 40 – 50 ribu tahun yang lalu. Ini terbukti diketemukannya fosil manusia purba pada tahun 1989 dan 1890. Tempat penemuan tersebut didukuh Cr?me, Desa Gamping (Campurdarat). Pada waktu itu daerah Campurdarat masih bernama distrik Wajak. Oleh sebab itu fosil tersebut dinamakan fosil Homowajakensis. Pada tahun 1982 saat pembuatan saluran Lodagung di dukuh Cr?me juga diketemukan fosil lagi dari kedalaman 2 meter. Sekitar 1 meter diatasnya diketemukan kerangka manusia yang masih utuh dan memakai anting-anting berbentuk cakra seberat 12 gram. Namun karena terkena angin, kerangka tersebut hancur menjadi debu. Hanya tinggal tengkoraknya yang sudah menjadi fosil. Setelah diteliti ternyata tengkorak dari kedalaman 2 meter tadi diperkirakan hidup pada 25 ribu tahun yang lalu. Sedang yang memakai anting-anting hidup kurang lebih 4 ribu tahun silam.
PRASASTI LAWADAN
Daerah Tulungagung banyak terdpat peninggalan sejarah purbakala. Sekitar 63 buah peninggalan berupa benda bergerak dan tidak bergerak. Tulungagung memiliki peninggalan purbakala terbanyak di daerah Karesidenan Kediri. Dintara peninggalan tersebut 26 berupa parasati, 24 diantaranya berupa prasati batu. Salahsatunya adalah prasasti Lawadan karena terletak di desa (thani) Lawadan yang sekarang diyakini bernama Wates campurdarat. Prasastiyang bertanggal 18 Nopember 1205 – hari Jumat Pahing- dikeluarkan oleh Prabu Srengga raja terakhir kerajaan Daha. Raja tersebut terkenal dengan nama Prabu Dandanggendis. Prasasti tersebut berisi pemberian keringanan pajak dan hak isimewa semacam bumi perdikan atau “sima”. Alasannya pemberian ‘’hadiah’’ tersebut adalah karena jasa prajurit Lawadan yang sudah memberikan bantuan kepada kerajaan mengusir musuh dari Timur sehingga raja yang tadinya telah meninggalkan kraton dapat kembali berkuasa.
PRASASTI MULA-MALURUNG
Prasasti lain adalah prasasti di desa Mula dan Malurung, yang menyebut nama desa Kalangbret. Meskipun prasasti tersebut tidak terdapat di Tulungagung namun menyebutkan Wilayah di Tulungagung. Isinya berupa puji-pujian kepada dewa Syiwa. Raja yang disebut-sebut adalah Sri Maharaja Semingrat nama lainnya adalah Wisnuwardana . Prasasti tersebut dikeluarkan pada 15 Desember 1256 M (Rebo Legi). Isinya menetapkan Desa Mula dan Malurung menjadi Sima (perdikan) karena loyalitas seorang penjabat bernama Pranaraja berhasil memimpin membuat tempat berbakti kepada nenek buyut prabu Seminingrat atau Wisnuwardana di Kalangbret menyebutkan tempat tersebut diulangi pada kakawin negarakertagama ‘’Kalangbret’’, tempat tersebut adalah tempat suci bagi leluhur raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Kalangbret menjadi nama salah satu desa di Kecamatan Kauman 5 Km sebelah Barat kota Tulungagung. Pada jaman Mataram Islam yaitu jaman Sri Pakubuwono I dan VOC tahun 1709 mengadakan perjanjian nama Kalangbret tetap digunakan sebagai ibukota kabupaten Ngrawa. Begitu juga pada perjanjian Giyanti (1755) nama Kalangbret disebut salah satunya wilayah manca negaranya kerajaan Yogyakarta. Juga menjadi nama distrik atau kawedanan atau wilayah pembantu Bupati Tulungagung. Berdasarkan uraian tadi maka tidak benar kalau kalangbret akronim Adipati Kalang yang disembret-sembret oleh Patih Gajah Mada seperti disebut dalam buku Tulungagung Dalam Sejarah dan Babad (Tim peneliti 1971). Disamping hal tersebut juga pernah diketemukan prasasti yang disebut prasasti Sidorejo dan Biri. Nama Biri berubah menjadi Wiri dan diyakini menjadi nama Cu-Wiri. Kalangbret sebagai kadipaten Mancanegara Mataram terbentuk sejak perjanjian Giyanti. Selanjutnya dijadikan ibu kota kabupaten Ngrawa tahun 175 – 1824 Masehi. Yaitu pada masa Mataram Islam dan jaman colonial. Bupati pertama Kabupaten Ngrawa adalah Kyai Ngabehi Mangundirono. Nama ‘’Kalang bret ‘’ telah dikenal sejak tahun 1255 M (prasasti Mula- Malurung) dan disebut ulang dalam Negara Kretagama (1635 M) dengan nama Kalangbret.
KATEMUNGGUNGAN WAJAK (BOYOLANGU)
Berdirinya Katumenggungan Wajak pada masa pemerintahan Sultan Agung sampai dengan pembentukan kadipaten Ngrawa dengan pusat pemerintahan di Wajak sejak perjanjian Giyanti. Ini terjadi antara tahun 1615 - 1709 M pada masa Mataram Islam dan masa colonial. Yang menjadi Tulungagung I adalah Senapati Mataram bernama Surontani. Dimakamkan di Desa Wajak Kidul Boyolangu. Sedangkan Surontani ke III (Kertoyudo) dimakamkan di Desa Tanggung Campurdarat. Katumenggungan Wajak berakhir dengan berdirinya Kabupaten Ngrawa beribu kota di Kalangbret. Nama “Rawa’’ telah dikenal sejak tahun 1194 M (Prasasti Kemulan) dan disebut ulang dalam Negarakretagama (1365 M). Nama ini kemudian berubah menjadi ‘’Ngrawa’’
KOTA TULUNGAGUNG
KRT Pringgodiningrat Bupati Ngrawa ke IV yang memerintah tahun 1824 – 1930 memindahkan ibu kota kabupaten Ngrawa kesebelah Timur sungai Ngrawa yaitu pada lokasi sekarang ini. Selanjutnya kota baru ini dijadikan pusat pemerintahan atau ibu kota Kabupaten Ngrawa. Terjadi pada masa colonial sampai sekarang . Pada tahun 1800–an sampai 1901 nama ‘’Toeloeng Agoeng’’ dipakai sebagai nama salah satu dist rik dalam wilayah Kabupaten Ngrawa. Nama Kabupaten Ngrawa berubah menjadi Kabupaten Tulungagung pada tanggal : 1 April 1901 yaitu pada masa pemerintahan bupati Ngrawa ke 11: RT Partowijoyo.
LOKASI TULUNGAGUNG
Kabupaten Tulungagung terletak 154 Km kearah barat daya dari kota Surabaya. Secarageografis kabupaten Tulungagung terletak antara 1110 43' s/d 1120 07' Bujur Timur dan 70 51' s/d 080 18' Lintang Selatan, terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, 14 kelurahan, 1830 RW dan 6239 RT. Kecamatan yang mempunyai jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Gondang yaitu sebanyak 20 desa, sedangkan yang mgempunyai jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Tanggunggunung yaitu sebanyak 7 desa.
Batas administrasi Kabupaten Tulungagung adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Blitar, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah barat dengan Kabupaten Trenggalek.
Luas wilayah Kabupaten Tulungagung adalah sebesar 1.150,41 km2 dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Namun ada beberapa desa di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang ketinggiannya diatas 500 m.Di Kabupaten Tulungagung ada 4 kecamatan yang luasnya diatas 100 km2 yaitu Kecamatan Tanggunggunung, Kalidawir, Pagerwojo dan Sendang.
PENDUDUK TULUNGAGUNG
Sasaran Utama pembangunan sebagaimana tertuang dalam GBHN adalah mewujudkan kesejahteraan Penduduk. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka membentuk Manusia seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia
Penduduk Tulungagung menurut Registrasi tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 0.52 persen dibanding akhir tahun 2003, yaitu dari 984.730 jiwa menjadi 989.856 jiwa. yang terbagi atas laki-laki 491.691 jiwa dan perempuan 498.165 jiwa, dengan tigkat kepadatan penduduk rata-rata 860 jiwa/km2. Memang belum terjadi pemerataan penduduk, hal ini bisa dilihat adanya kesenjangan tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan. Disatu sisi ada tingkat kepadatan di atas 6000 jiwa/km2 dan disisi lain ada yang kurang dari 500 jiwa/km2.
PERTANIAN TULUNGAGUNG
Pembangunan Sub sektor pertanian tanaman pangan terus ditingkatkan untuk memelihara kemantapan swasembada pangan. Pada tahun 2004 secara umum ada kenaikan walaupun tidak menyeluruh. Hampir semua jenis produksi tanaman pangan mengalami kenaikan antara lain produksi padi sawah, jagung, ketela pohon, kedelai dan ubi jalar, sedangkan untuk produksi padi gogo mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Luas panen tanaman sayuran yang mengalami kenaikan yaitu bawang daun dan kubis, sehingga produksinya juga mengalami kenaikan, tetapi ada juga yang mengalami penurunan yaitu bawang merah, bayam, cabe rawit, sawi dan tomat. Sedangkan luas panen tanaman sayuran mengalami penurunan adlah kacang panjang, kangkung dan ketimun.
Produksi tanaman buah-buahan yang mengalami kenaikan adalah jeruk, pepaya , pisang, nangka dan sukun dengan prosentase kenaikan terbesar pada tanaman jeruk yaitu sebesar 175,17 persen. Sedangkan tanaman buah-buahan yang mengalami penurunan produksi pada tanaman duku/langsat.
SENI DAN BUDAYA
MANTEN KUCING
Upacara ini dilaksanakan di air terjun Cuban Rondo yang diyakini dapat melancarkan aliran mata air di Cuban Rondo untuk irigasi penduduk Pelem dan sekitarnya. Proses ini dilakukan dengan subyek dua ekor kucing (Tirta Sari dan Joko Wono) dikawinkan dengan prosesi lazimnya manusia menjadi temanten. Mbah Sangkrah orang yang pertama melaksanakan ritual ini dilanjutkan Mbah Sutomeja sampai sekarang.
UPACARA JAMASAN KYAI UPAS
Kyai Upas adalah nama pusaka Ka. Tulungagung secara turun temurun diakui sebagai lambang kebesaran. Pusaka ini setiap tahun pada hari Jum'at Legi di bulan Suro (Muharam) dimandikan secara sakral. Upacara ini dimulai dengan arak-arakan dari Pendopo Kabupaten menuju Pendopo Kanjengan. Sesampainya di Kanjengan disambut dengan gamelan monggang. Upacara jamasan dengan prosesi tertentu dengan beraneka ragam sesaji. Setelah jamasan diadakan beberapa hiburan diantaranya tembang mocopat, wayang kulit, dan kesenian tradisional lainnya.
SURO WEKASAN
Suro Wekasan adalah upacara "laku" yang dilaksanakan masyarakat Wajak yaitu laku menelusuri Candi Dadi berdoa untuk keselamatan diri, keselamatan lingkungan, sampai keselamatan bangsa dan negara. Keistimewaan upacara ini adalah dilakukan oleh berbagai pemeluk agama yang dianut masyarakat Wajak (Islam, Kristen, Buddha) untuk berdoa menurut agama serta keyakinan masing-masing di komplek Candi Dadi.Upacara ini dilakukan setiap akhir bulan Suro (muharam).
LABUH SEMBONYO
Labuh Sembonyo yang diyakini masyarakat sebagai wahana "asok glondhong pengareng-areng" terhadap Ratu Kidul penguasa laut selatan. Labuh sembonyo diselengarakan setiap bulan Suro bulan minggu kedua di Pantai Popoh.
ULUR-ULUR
Ulur-ulur merupakan upacara adat yang diselenggarakan di telaga Buret setiap tahun pada hari Jum'at Legi bulan Suro.Kegiatan pokok adalah memandikan arca Dewi Sri Sedono dan tabur bunga di telaga Buret petilasan Eyang Jigang Joyo dalam mitos sebagi seorang tokoh perintis pemanfaatan air telaga Buret untuk pertanian di Desa Sawo, Gedangan, Gentrong, dan Gamping. Pada upacara tersebut ada kegiatan "Nglampet" yaitu membendung air telaga yang dilaksanakan dengan gotong royong. Cultur ini masih melekat di masyarakat Sawo dan sekitarnya masih sekarang berupa kegiatan gugur gunung dan bersih desa.
LELANGEN BEKSA/TAYUB
lelangen Beksa/Tayub Tulungagung berpotensi sebagai sarana pergaulan yang merakyat dan aktual. Di dalamnya terdapat nilai adiluhung "tata krama" dalam pergaulan masyarakat Jawa. Hampir setiap hari pada bulan baik untuk hajatan di daerah pinggiran Tulungagung dapat kita nikmati lelangen beksa/tayup.
TARI RITUAL TIBAN
Ritual Tiban adalah tari sakral untuk mendatangkan hujan. Di masyarakat pendukungnya tetesan darah akibat permainan tiban adalah lambang perjuangan yang gigih dalam mencari air, utamanya guyuran hujan yang mutlak diperlukan petani di sawah ladang. Ritual tiban biasanya dilaksanakan pada musim kemarau.
JARANAN SENTHEREWE
Jaranan ini pengembangan dari seni jaranan Jawa dengan gerak yang agresif, energik dan dinamis berkembang pesat di daerah Tulungagung saat ini.
REYOG
Reyog Tulungagung pernah berkembang subur dan merebut hati masyarakat bahkan tidak ada satupun yang penduduk Tulungagung yang tidak mengenal Reyog Tulungagung. Jumlah penarinya ada 6 orang sekaligus dengan pemain musik "dhodhog" dan "udheng gilig" kostum khusus sebagai pengikat kepala
KENTRUNG
Satu-satunya cerita tutur yang khas di Tulungagung dapat kita nikmati dengan melihat pagelaran kentrung. Kentrung dimainkan oleh dua orang terdiri dari dalang merangkap instrumen kendang dan satu pengrawit merangkap pendukung dalang memainkan instrumen ketipung dan terbang ( rebana besar dan kecil) . Satu-satunya kentrung yang masih eksis di Tulungagung adalah Kentrung Jaimah yang beralamat di Dukuh PAkis desa Batangsaren Kauman.
WAYANG JEMBLUNG
Di daerah Tulungagung masih banyak pagelaran Wayang Jemblung (cerita Menak) disamping sebagai hiburan, Jemblung memuat kisah Walisanga dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Jemblung sebagai instrumennya( terdiri dari 8 rebana dan satu kendang) Wayang terbuat dari kulit dengan motif campuran Wayang Purwa dan Wayang Krucil.
0 comments:
Posting Komentar