My Social Media Profile :
  • Bimbingan Konseling

    Diklat Pendidik Sebaya Angkatan III Kategori Pelajar dan Mahasiwa - Tahun 2012 yang diselenggarakan atas kerjasama UKM PIK STKIP PGRI Tulungagung dan BKKBN Kabupaten Tulungagung.
  • FORDIMAPELAR 2012

    Tahun 2012, Universitas Madura (Unira) menjadi tuan rumah pelaksanaan Forum Diskusi Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (Fordimapelar) se-Jawa Timur.
  • HUT SIK KE-41

    Pagi Sabtu 31 Juli 2010, di depan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) sekitar jam Sembilan pagi, para siswa, staf, guru, Komite Sekolah, orang tua murid, & para alumni mulai berdatangan memasuki kawasan sekolah untuk menghadiri acara peringatan HUT SIK Ke-41
  • Pembangunan Desa

    Perlunya perencanaan keuangan bagi tiap keluarga di desa yang terintegrasi dengan konsultasi dari pihak yang lebih kompeten seperti wakil dari pemerintah daerah, serta professional dari lembaga keuangan.
  • ALUMNI SIK

    Semoga kedepannya hasil output pendidikan nasional bisa berkontribusi secara nyata di masyarakat. Mewujudkan Generasi Emas Indonesia yang berdaya saing global serta kompeten dalam mengolah local genius.

Artikel Pilihan

Senin, 10 September 2012

Mengurangi Beban Kurikulum

Masyarakat yang pragmatis seringkali mengganggap pendidikan sebagai jalan mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Pendidikan kemudian "beralih fungsi" menjadi jalan pintas meraih hidup sejahtera. Ketika hasil pendidikan, terutama pendidikan di sekolah tidak sesuai dengan harapan awal dan bertolak belakang dengan realitas di masyarakat, serta hal yang dipeloleh di sekolah tidak bisa diterapkan secara langsung untuk memperoleh imbal balik secara ekonomis. Lantas, buat apa sekolah ? Keadaan seperti inilah menjadi penyebab menurunnya kualitas pendidikan itu sendiri, terutama pendidikan di sekolah. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) melalui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) dalam Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education, dinyatakan Education Development Index (EDI) Indonesia masih berada pada posisi menengah ke bawah. Data empat tahun terakhir adalah pada posisi ke-69 (2008),posisi ke-(2009), posisi ke-65 (2010), sementara pada tahun 2011 menempati posisi ke-69. Tahun 2011,total nilai EDI Indonesia adalah 0,934. Untuk gambaran, EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,950 - 1. Kategori menengah 0,800 - 0,949, sedangkan kategori rendah di bawah 0, 800. 

Total nilai EDI tersebut diperoleh dari rangkuman perolehan empat indikator, yaitu angka partisiasi pendidikan dasar, angka melek huruf usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. Gambaran inilah yang sekarang sedang menjadi sorotan internasional terhadap permasalahan pendidikan yang dihadapi Indonesia. Kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia terlalu kompleks dibandingkan kurikulum pendidikan yang diajarkan di sekolah - sekolah negara maju sehingga banyak siswa di Indonesia merasa dipaksa untuk menguasai materi/ ketrampilan yang sebenarnya tidak sesuai dengan bakat mereka. Dari semua mata pelajaran yang diajarkan selama proses belajar mengajar, siswa diwajibkan untuk menguasai semua mata pelajaran. Memang, idealnya jika siswa benar - benar kompeten dan memiliki kemampuan awal yang mumpuni, tentu kuantitas dari kurikulum  pendidikan Indonesia tersebut tidak akan menjadi masalah dan membebani siswa. Namun kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. 

Siswa memiliki motivasi yang berbeda dan yang kurang memiliki kompetensi akan mengalami kejenuhan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, kurikulum di Indonesia masih tertumpu pada kemampuan kognitif semakin membuat bakat siswa secara praktik kurang berkembang. Siswa akhirnya mengetahui banyak hal tapi tidak menguasai satu hal pun. Di sisi yang lain, selama ini guru cenderung mengejar target kurikulum, bahkan kurikulum yang padat menyebabkan kemungkinan sekolah menambah jam belajar sendiri dan membebani siswa dengan lebih banyak lagi pekerjaan rumah. Pengurangan beban kurikulum bisa dilaksanakan terutama untuk Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama. Muatan pelajaran hingga sebatas yang benar - benar diperlukan, mempersiapkan siswa untuk memecahkan permasalahan di lingkungan, meraih sejahtera secara fisik, mental dan spiritual. Ringkasnya, membekali siswa dengan life skills. Hasilnya, bakat siswa bisa dikembangkan dengan baik dan menjawab tantangan masyarakat yang pragmatis terhadap pendidikan formal Indonesia.

0 comments: