My Social Media Profile :
  • Bimbingan Konseling

    Diklat Pendidik Sebaya Angkatan III Kategori Pelajar dan Mahasiwa - Tahun 2012 yang diselenggarakan atas kerjasama UKM PIK STKIP PGRI Tulungagung dan BKKBN Kabupaten Tulungagung.
  • FORDIMAPELAR 2012

    Tahun 2012, Universitas Madura (Unira) menjadi tuan rumah pelaksanaan Forum Diskusi Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (Fordimapelar) se-Jawa Timur.
  • HUT SIK KE-41

    Pagi Sabtu 31 Juli 2010, di depan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) sekitar jam Sembilan pagi, para siswa, staf, guru, Komite Sekolah, orang tua murid, & para alumni mulai berdatangan memasuki kawasan sekolah untuk menghadiri acara peringatan HUT SIK Ke-41
  • Pembangunan Desa

    Perlunya perencanaan keuangan bagi tiap keluarga di desa yang terintegrasi dengan konsultasi dari pihak yang lebih kompeten seperti wakil dari pemerintah daerah, serta professional dari lembaga keuangan.
  • ALUMNI SIK

    Semoga kedepannya hasil output pendidikan nasional bisa berkontribusi secara nyata di masyarakat. Mewujudkan Generasi Emas Indonesia yang berdaya saing global serta kompeten dalam mengolah local genius.

Artikel Pilihan

Tampilkan postingan dengan label Wates. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wates. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Maret 2013

Akumulasi Modal di Desa Wates, Sumbergempol


Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, terletak di tenggara Kota Tulungagung. Desa yang berpenduduk lebih dari 5000 jiwa ini strategis tidak jauh dari pusat kota. Dari segi ekonomi, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, dan buruh tani. Sementara sebagian membuka usaha toko kelontong, toko material, jual beli ternak, dan perikanan. Hanya sebagian kecil berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), baik di sektor pemerintahan, kepolisian, dan militer. Sekilas, memang terlihat seperti desa pada umumnya. Namun jika melihat lebih dalam, utamanya dari segi ekonomi seperti dijelaskan di atas, ada satu fenomena ekonomi yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Desa Wates, Sumbergempol, atau yang dikenal karena terletaknya Tugu Pancasila ini juga memiliki bagian masyarakat yang aktif bekerja di luar negeri. Utamanya di Malaysia, Hongkong dan Korea. Untuk jalur ke Malaysia sendiri, eksodusnya sudah dimulai sejak tahun 1980-an, sementara Hongkong dan Korea masih relatif baru, atau sekitar tahun 2000-an. Dari sebagian masyarakat yang aktif di luar negeri inilah kemudian adanya semacam "cash flow" yang mengalir secara cepat. Walapun belum ditelusuri lebih lanjut, tapi rata - rata remitansi yang diperoleh tiap keluarga hasil dari luar negeri bisa mencapai puluham juta rupiah per tahun. Dengan kelebihan dana yang sebesar itu pastinya banyak pula yang akan disimpan di Lembaga Keuangan. Sehingga, ada penumpukan modal dengan fase - fase, REMITTTANCE - DAILY USAGE - SAVING. Atau penjelasan sederhananya, kiriman dari luar negeri, digunakan untuk keperluan harian dan sebagian besar menjadi tabungan. Berangkat dari fase - fase tersebut, jelas keluarga Desa Wates, Sumbergempol ini punya potensi ekonomi yang besar. Dan begitu pula daerah sekitar yang juga berasosiasi dalam hal remitansi yang tak kalah besar dari segi kuantitas. Dengan akumulasi modal semacam itu, kemungkinan dampak negatif bisa dimungkinkan terjadi. Pertama, jika akumulasi modal berlebihan maka otomatis harga barang properti layaknya tanah dan bangunan di daerah tersebut juga akan naik karena pembeli dengan modal besar akan rela membeli dengan harga lebih mahal. Kedua, yang kaya akan semakin kaya dan mayoritas yang hanya berkecukupan jika tidak disertai manajemen keuangan yang efisien akan semakin sulit untuk meningkatkan taraf ekonomi.

Senin, 11 Maret 2013

Mahasiswa Tulungagung

Sadar akan pentingnya pendidikan, semakin hari semakin banyak pemuda di Kabupaten Tulungagung yang meneruskan pendidikan je jenjang yang lebih tinggi, baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Dengan tuntutan dunia kerja dan peningkatan status sosial, dirasakan pendidikan yang hanya tamatan sekolah menengah saja tidak cukup. Sehingga, tiap musim pendaftaran perguruan tinggi, jumlah pendaftar pun semakin banyak, tiap tahunnya naik secara signifikan. Sementara di Kabupaten Tulungagung sendiri, sejumlah PTN & PTS siap menampung calon mahasiswa asal kota penghasil marmer ini. Sebut saja, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Tulungagung, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Diponegoro, ST Muhammadiyah, Universitas Tulungagung (Unita) serta Universitas Terbuka. Kualitas perguruan tinggi tersebut juga tidak kalah bersaing dengan lulusan dari perguruan tinggi luar kota, seperti di Malang dan Surabaya. Buktinya, banyak lulusan perguruan tinggi Tulungagung setempat berhasil lulus dan bekerja, serta memegang peran penting di institusinya. Jadi, kepada pemuda daerah Tulungagung yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bisa memilih untuk mendaftar ke perguruan tinggi di Tulungagung, selain kualitas yang tidak kalah bersaing, kuliah di kota sendiri akan mempermudah akomodasi (tidak perlu kost), menghemat biaya hidup, lebih fleksibel bagi yang sudah kerja part time (bisa jam kuliah sore), dan pastinya juga bisa menjadi lulusan yang siap terjun dunia kerja profesional.

Kamis, 07 Maret 2013

Koperasi Serba Usaha - Pinjam Uang, Bayar Hutang

Semakin banyak koperasi masuk desa, utamanya koperasi berbentuk serba usaha dan simpan pinjam. Mulai dari yang bermodal kecil dan dimiliki kelompok keluarga, sampai yang bermodal besar dan dimiliki yayasan. Koperasi - koperasi tersebut menyebar hampir di tiap desa di Kabupaten Tulungagung. Bahkan ada yang satu desa, berdiri lebih dari satu koperasi. Memang, suatu fenomena lumrah yang mulai didukung masyarakat di desa itu sendiri maupun masyarakat dari daerah sekitar. Peran koperasi - koperasi tersebut sudah mulai dirasakan nyata masyarakat, bagi yang memiliki kelebihan dana, masyarakat tanpa ragu menyimpan uangnya di koperasi, karena dengan bunga yang relatif tinggi dibanding jika disimpan pada bank konvensional. Pastinya, kelebihan dana yang mereka miliki tersebut akan menghasilkan bunga tetap per bulan yang besar pula. Ini sangat menguntungkan, daripada kelebihan dana yang mereka miliki itu menganggur jika hanya disimpan di rumah atau digunakan untuk usaha yang belum tentu untungnya. Sementara bagi masyarakat yang memerlukan dana cepat, koperasi tersebut bersedia memberikan dana sesuai keinginan si peminjam. Dengan jaminan BPKB atau sertifikat tanah, dana yang diperlukan tersebut langsung bisa dibawa pulang. Akhirnya, masyarakat pun sadar. Semakin besar peran koperasi - koperasi tersebut, maka masyarakat juga harus lebih cermat. Dalam artian, dengan adanya lembaga keuangan non bank yang fleksibel ini, masyarakat juga harus lebih teliti mengatur keuangannya sendiri, memilih menyimpan dana hanya di Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Simpan Pinjam yang mempunyai prospek bagus dan jaminan yang pasti, serta meminjam dana dari lembaga keuangan non bank yang fleksibel ini hanya untuk keperluan produktif dan keperlyan tak terduga saja, bukan hanya untuk keperluan konsumtif.

Kamis, 07 Februari 2013

Karnaval, 3 Pebruari 2013 di Desa Wates, Sumbergempol



Berbagai acara digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Semua bergembira. Karena sejatinya arti dari kata maulud adalah setiap orang bergembira menyambut kelahiran Rasulullah dengan berkumpul dan makan bersama. Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten. Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi, untuk memeriahkan acara peringatan Maulid Nabi tahun 2013. Maka panitia hasil "rembukan" sepakat untuk mengadakan serangkaian acara. Dan yang paling meriah tahun ini adalah "karnaval" keliling desa. Pelaksanaannya di Desa Wates, Sumbergempol, Tulungagung.

Acara ini dilaksanakan pagi tanggal 3 Pebruari yang lalu. Pesertanya banyak, ada 15 grup Drum Band, 60 grup "Leang - Leong", serta beberapa peserta atraksi budaya lainnya. Rute jalan yang dilalui "karnaval" tahun ini tepat melewati rumah saya. Jadi, halaman rumah jadi penuh, tumpah ruah penonton yang hadir untuk menyaksikan. Sampailah acara selesai tengah hari, akhirnya acara berjalan dengan lancar dan penonton yang datang juga puas dengan penampilan tiap peserta. Sukses acara, selamat pada panitia yang juga terdiri dari warga dan pamong Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Semoga tahun depan juga dilaksanakan kembali serangkaian acara yang lebih meriah. Walaupun pada dasarnya,  Maulid secara bahasa berarti tempat atau waktu dilahirkannya seseorang [Boleh juga dikatakan maulid adalah mashdar (asal kata) bermakna kelahiran (al-wiladah). Ini disebut mashdar mim. [ed]]. Oleh karena itu, tempat maulid Nabi Shallallahu’alaihi wasallam adalah Makkah. Sedangkan waktu maulid beliau adalah pada hari Senin bulan Rabi’ul Awwal pada tahun Gajah tahun 53 SH (Sebelum Hijriah) yang bertepatan dengan bulan April tahun 571 M.

Adapun tanggal kelahiran beliau, maka para ulama berselisih dalam penentuannya. Dan cukuplah hal ini menjadi tanda dan bukti nyata yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam, para sahabat beliau, dan para ulama setelah mereka, tidaklah menaruh perhatian besar dalam masalah hari maulid (kelahiran) Nabi Shallallahu‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam. Karena seandainya hari maulid beliau adalah perkara yang penting, memiliki keutamaan yang besar, dan memiliki arti yang mendalam dalam Islam, maka pasti akan ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dalam hadits-hadits beliau, sebagai konsekuensi dari kesempurnaan Islam dan semangat beliau dalam menunjukkan kebaikan kepada ummatnya. Juga pasti akan dinukil dari para sahabat tentang tanggal kelahiran beliau sebagai konsekuensi sikap amanah mereka dalam menyampaikan ilmu. Jadi, perbedaan pendapat para ulama tentang kapan tanggal maulid beliau menunjukkan bahwa tidak ada keterangan yang jelas dari Nabi Shallallahu‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dan tidak pula dari para sahabat beliau Radhiallahu‘anhum tentang masalah ini.

Jumat, 24 Agustus 2012

Gara - Gara Facebook


Sebelum ini saya sudah sering membaca kasus - kasus yang terjadi di masyarakat. Terutama kasus yang berdampak negatif terhadap orang - orang yang baru melek teknologi. Sehingga terjadi kesalahan penggunaan atau istilah yang sering dipakai Pak RT di lingkungan saya, malfunction uses of ICT. Nah, baru - baru inilah yang menjadi trend yang sering terdengar dari gosipnya ibu - ibu pengajian. Banyak kejadian tersebut terjadi di kanan - kiri lingkungan skitar sini. Antara lain, mungkin bisa share di sini. Sebut saja tetangga  ini dengan inimujur, eh inisial  M. Istrinya sudah sejak tahun 2010 yang lalu sudah bekerja menjadi TKW di Hong Kong, sementara M sendiri merantau ke Malaysia Jadi, untuk komunikasi mereka berdua hanya lewat telpon dan sms. Awalnya, tidak ada rasa curiga, karena masing - masing menganggap sibuk dengan pekerjaan. Sebelum bulan ramadhan 2012 yang lalu, si istri M tadi kontrak kerjanya habis, jadi dia pun pulang ke Tulungagung. Seminggu setelah itu, si M menyusul pulang kampung. Warga pun geger malam itu, lantaran M memergoki istrinya sudah kumpul kebo dengan laki - laki lain. Untuk menghindari keributan lebih lanjut, pamong desa pun langsung membawa pihak telibat tersebut langsung ke Balai Desa. Akhirnya, si M tadi memutuskan untuk bercerai dengan istrinya. Usut punya usut, ternyata istrinya si M tadi selingkuh awalnya hanya gara - gara kenal orang di facebook. Yang bisa membuat keluarga dan anaknya susah seperti sekarang ini. 

Kejadian serupa juga dialami tetangga  yang lain, awalnya juga kenal on air lewat facebook, trus mulai chating sampailah ngajak ketemuan. Akhirnya, endingnya juga sama seperti keluarga si M tadi. Dari beberapa kejadian tersebut, cuma ingin berbagi dan memberi saran. Semoga saja, kejadian seperti di atas tidak terjadi lagi dan saya berpesan, gunakanlah facebook sebagaimana mestinya, hati - hati dengan orang yang belum dikenal atau hanya kenal di facebook. Untuk yang sudah berkeluarga janganlah iadikan facebook atau situs sosial media sebaga ajang untuk selingkuh.

Jumat, 17 Agustus 2012

Perencanaan Keuangan Keluarga Desa



Tempat tinggal saya sekarang di Desa Wates, salah satu desa dalam Kecamatan Sumbergempol yang banyak dikenal karena ada tugu Pancasila di dekat Balai Desanya, ada gapura diapit dua patung gajah membawa pentungan pada jalan utama dari arah utara dan banyak terdapat Koperasi Simpan Pinjamnya. Dari pusat kota Tulungagung jaraknya lebih kurang 10 kilometer atau 20 menit berkendara motor/ mobil,  letaknya tidak terlalu jauh ke selatan dari pusat kota. Jadi, bisa dibilang desa yang tidak terlalu ndeso atau bahasa yang dipakai dosennya saya di STKIP PGRI Tulungagung yaitu suburban area. Karena sudah di luar pusat kota, suasananya tidak terlalu ramai, kecuali jalan utama pas jam pergi - pulang kerja. Masih banyak sawah, tapi hanya di bagian selatan saja, kalau yang di sekitar kanan - kiri rumah saya adanya tegalan yang ditanami tebu. Pertama kali saya kembali ke sini dari negeri jiran dua tahun yang lalu, tepatnya Oktober 2010. Jadi, tahun 2012 sekarang ini sudah dua tahun saya di sini. 

Walaupun tanpa terasa sudah sepuluh tahun saya meninggalkan desa wates ini, (2002 - 2012), ternyata banyak yang berubah. Rumah di pinggir jalan yang dulunya kosong sekarang makin banyak. Lebih bagus lagi rata - rata keadaan ekonomi masyarakatnya semakin baik, dari tahun ke tahun banyak modal yang masuk, namun dari luar negeri. Karena banyak warga sini yang menjadi juragan di luar negeri. Jadi, bukan hanya jadi TKI/ TKW saja, dan itupun bukan hanya di Malaysia. Sekarang sudah banyak yang sampai ke Asia Timur dan negeri padang pasir sana. Otomatis remitansi yang masuk ke desa ini banyak tiap tahunnya, dan kegiatan ekonominya rata - rata masih didominasi usaha kecil disamping pettanian rakyat. Jadi, seperti yang saya jelaskan tadi, karena itu untuk cash flow usaha masyarakat dalam berbisnis kecil - menengah tersedia banyak Koperasi Simpan Pinjam di desa ini. 

Berdiskusi tentang kegiatan ekonomi pedesaan semacam ini, saya rasanya hanya bisa untuk mengomentari beberapa hal untuk memberikan solusi. Pertama, setelah mengamati sampel di desa ini, ternyata ketergantungan modal dari remitansi warga di luar negeri tinggi sekali dan sudah mulai saatnya masyarakat pedesaan mulai memgurangi ketergantungan modal dari luar negeri tersebut. Kedua, perlunya perencanaan keuangan bagi tiap keluarga di desa yang terintegrasi dengan konsultasi dari pihak yang lebih kompeten seperti wakil dari pemerintah daerah, serta professional dari lembaga keuangan. Kedepannya, saya akan mencoba membuat skema perencanaan keuangan yang terintegrasi berbaris masyarakat desa ini, sekaligus mengajak pembaca dan memberikan informasi tentang hal yang saya jelaskan di atas. Karena saya yakin, potensi kemajuan hal tersebut besar sekali. Rakyat sejahtera, dimulai dari perencanaan keuangan keluarga.